Syaikh Abu Ishaq Al huwainy - Kibar Ulama salaf Kafr Sheikh
0 comments Posted by Sang Pencinta Ilmu at 03.49Rasulullah Saw., bersabda, "Akan tetap ada segolongan orang dari umatku ini, yang mereka tetap teguh mempertahankan kebenaran sampai hari kiamat…", kemudian Imam bukhari menjelaskan, "Mereka adalah ahli hadits".
Hijazi Muhammad Syarif, atau yang lebih kita kenal dengan syekh Abi Ishaq al-Huwaini, lahir di Kafr ash-Sheikh (salah satu propinsi di Mesir ) pada tahun 1954 M/ 1375 H.
Ulama hadist yang terkenal ini mulai mendalami ilmu agama saat berumur 11 tahun, beliau rajin menghadiri pengajian-pengajian syekh Muhammad Najib al muthi'i tentang ilmu fiqh yang menggunakan mazhab Imam Syafi'i, dan beliau sendiri adalah lulusan dari college section on the Spanish tongue, mendapat rangking pertama setiap tahun kecuali tahun terakhir mendapat peringkat kedua. Syekh Abi Ishaq al-Huwaini sering menghabiskan waktu di maktabah "al-mushthafa", menuntut ilmu secara kontiniu disiang hari, sedangkan dimalam hari beliau bekerja untuk membiayai hidupnya. Namun kemudian beliau pergi ke Yordania untuk belajar dengan Syekh Nashiruddin Albani (Al Muhaddits terpopuler abad 20) dan terhitung murid-murid pertama dari Syekh Albani ini.
Suatu ketika, Syekh Albani pernah ditanya siapa orang yang akan menggantikan beliau dalam manhaj ilmiah, beliau menyebutkan nama syekh muqbil bin hadi dan kemudian meyebutkan nama Syekh Abu Ishaq Al Huwaini. Dalam kesempatan lain ‘Ubadah bin ‘Abdul Lathif bin Muhammad Nashiruddin al-Albani ( cucu dari syekh Albani ), pernah bertanya pada kakeknya itu, "Siapakah dua orang yang lebih utama dalam ilmu hadits?" Syekh Albani menjawab, " Ali Hasan al-Halabi dan Abu Ishaq al-Huwaini ". Syekh Ubeidullah Ibrahim bin Hamdi Abu Abdurrahman berkata " Bukanlah berlebihan jika saya katakan bahwa tidak ada seorangpun setelah Syekh Mesir yang populer Al-Hafizh Al-Imam Ahmad Muhammad Syakir rahimahullah yang dapat menyamainya dalam ilmu hadits selain saudara penulis ini (abu ishaq al-huwaini,red). Saya yakin jika beliau diberi umur panjang niscaya akan terlihat keajaiban demi keajaiban pada dirinya".
Diantara karya-karya tulisnya:
1. takhrij tafsir bin katsir
2. ats-Tsamr ad-Dani Fi adz-Dzabb ‘An al-Albani
3. Tahqiq ad-Dibaj Syarh Shahih Muslim karya as-Suyuthi
4. Badzl al-Ihsan Bi Takhrij Sunan an-Nasa`i, Abi ‘Abdirrahman
5. Tahqiq an-Nasikh Wa al-Mansukh karya Ibn Syahin
6. Masis al-Hajah Ila Takhrij Sunan Ibn Majah
7. Ithaf an-Naqim Bi Wahm adz-Dzahabi Wa al-Hakim
8. Tanbih al-Hajid Ila Ma Waqa’a Min an-Nazhar Fi Kutub al-Amjad
9. Syarh Wa Tahqiq al-Mughni ‘An al-Hifzh
Sedangkan risalah-risalah pendek diantaranya:
10. Simth al-Ali Fi ar-Radd ‘Ala al-Ghazali
11. Shahih al-Qashash an-Nabawi
12. Tahqiq Fadha`il Fathimah Karya Ibn Syahin
13. Kasyf al-Makhbu’ Bi Tsubut Hadits at-Tasmiyah ‘Inda al-Wudhu
14. Nahyu ash-Shuhbah ‘An an-Nuzul Bi ar-Rukbah
Dan masih banyak karya-karya lain terutama dalam bentuk ceramah yang tersebar di seluruh penjuru Mesir.
Semoga sepak terjang Syekh Abu Ishaq Al-Huwaini dalam mempertahankan kebenaran ditengah-tengah dunia penuh fitnah dapat menjadi contoh bagi umat Islam terutama para Thalibul 'Ilmi yang orientasi mereka adalah untuk menjadi ulama di kemudian hari; pengemban dakwah Islam, pewaris para nabi, yang senantiasa menggiring umat ke dalam kebenaran di bawah royah Tha`ifah Manshurah (kelompok yang menang). Sebagaimana yang diukir oleh Khatib al-Baghdadi di dalam bukunya Syaraf Ashabul Hadits, "Ibnu Mubarak ketika ditanya tentang Tha`ifah Manshurah beliau menjawab, " mereka adalah ahli hadits".
Labels: Tulisan Tangan
Akhirnya Bus jurusan Jakarta- Padang Berangkat juga jam lima sore, Setelah Membaca do'a safar ku toleh pandangan kesamping kiriku, ternyata aku duduk bersebelah dengan seorang Gadis muda. Kulihat dia sepintas dia tidak memakai Jilbab dan pakaiannya pun sangat ketat,bahkan memperlihatkan bahagian2 tubuhnya yang tidak pantas untuk kita ceritakan. Aku Mendesah istigfar dalam hati, seperti inikah indonesia aku tinggalkan bisikku dalam hati, Maklum selama aku Di Mesir Aku jarang menemukan wanita yang tidak memakai jilbab walaupun wanita Mesir berpakaian ketat tapi mereka rata-rata memakai jilbab . Setelah Menarik nafas, kulihat Wanita itu Disaat yang sama dia melihat kearahku, kulihat dia seolah-olah ketakutan, Mungkin Dengan penampilanku yang memakai kerudung yang lebar ,apalagi berita teroris sering terdengar di Indonesia.
" Mbak, mau ke Padang ya "Sapaku kepadanya . " iya, Mbak Mau ke Padang Juga? " " Tinggal Di Jakarta ya? Tanyaku lagi "" Iya,Udah Setahun tinggal disana bareng suami disana " lalu diapun bertanya kepadaku " Mbak dari di Jakarta juga ya? " Nggak, Saya baru Pulang Dari Afrika Utara." " Haah,ngapain Disana"' tanyanya heran. "Saya kuliah di AUC Al Azhar University Cairo."" Berapa tahun Disana? ""5 tahun dan selama itu saya nggak pernah pulang ke Indonesia lho " Ujarku Kepadanya. "Oh pasti rindu sekali sama keluarga ya? " Jawabnya sudah mulai santai tak ada lagi rasa takut padaku
Akhirnya setelah mengobrol bercerita asal usulku dan pengalaman kuliah di Mesir, akhirnya Aku mengenal namanya Sofyana dia lulusan UNP Jurusan Ekonomi, Setelah bercerita panjang lebar Aku Merasa lapar, kuteringat ada sekotak kurma kacang yang aku letakkan dalam tas, ku keluarkan dan kutawarkan makan kepadanya "Ini dibawa dari Mesir, Kurma Berisi kacang " Akhirnya sambil makan aku bertanya kepadanya. "Mbak kenapa nggak pakai Jilbab? "" Hmm mbak mau pakai jilbab tapi mbak mau menjilbabkan hati terlebih dahulu , siit, desitku dalam hati alasan umum para wanita yang nggak mau memakai jilbab dan pakaian Muslimah. Jilbab hati, Akhirnya Aku pun bertanya kepadanya Jilbab hati itu apa maksudnya? dia pun menjelaskan bahwa jilbab hati itu adalah berusaha menjaga hati dari sifat sombong,sifat riya , sifat kasar dan dengki. akupun bertanya terus ? terus? Sampai akhirnya dia menjadi kehabisan bahan untuk disebutkan.Aku menambahkan jadi intinya jilbab hati itu kita berusaha menjaga hati dari yang dilarang Allah bukankah gitu mbak?. iya jawabnya, "' kalau gitu bukankah Allah melarang kita membuka Aurat kita kepada orang lain? Ya tapi yang paling terpenting Hati bukankah Allah melihat hati seseorang?sebagaimana yang dikatakan dalam haditsnya?Aku tersenyum " itu memang Benar bunyi haditsnya :
Innallaha la yanzhuru ila ajsaamikum wala ila shuwarikum walakin yanzhuru ila quluubikum tapi jangan lupa mbak itu baru satu hadits masih ada hadits lain yang menyatakan bahwa Allah tidak hanya hati saja tapi juga Amal kita Ada hadits lain yang bunyinya
innallaha la yanzhuru ila Ajsaamikum wala ila shuwarikum wa amwalikum walakin yanzhuru ila qulubikum wa a'maalikum .
Coba mbak lihat dalam alqur'an betapa banyak ayat-ayat yang selalu mengaitkan antara amal dengan hati coba mbak lihat berapa banyak ayat-ayat yang menggunakan lafaz ?
Alladzina Aamanu waamilusshaalihaat ( orang-orang yang beriman dan beramal sholeh )
Coba lihat dalam surat Al Ashr, Dalam surat Albaqarah dan sebagainya. itu Menandakan bahwa iman yang merupakan perbuatan hati dan amal sholeh berkaitan erat satu sama lain. hati memang kita jaga tapi tubuh dan aurat juga kita tutupi. Mbak pasti sholat kan? kenapa mbak sholat menutup aurat sekalipun mbak sholat sendirian dikegelapan malam sekalipun? "" Nggak tahu" jawabnya parau " Itu maknanya mbak karena Allah menginginkan kita menghadap-Nya Dalam keadaan yang sempurna iya kan? saya mau tanya sama mbak,mbak sayang kan sama suami mbak? " " Iya tentu saja aku sayang padanya " ujarnya. Aku Tersenyum Mbak tahu nggak ketika mbak nggak pakai jilbab mbak sudah menzhalimi suami mbak sendiri dan juga orang lain, mungkin itu suami orang lain dan juga orang yang melihat mbak ". " Maksudnya? " tanyanya heran . "
Aku pun menjelaskan mbak tahu kan bahwa Aurat wanita itu itu hanya boleh diperlihatkan sama orang tertentu aja iyakan?seseorang yang mencintai orang lain pasti dia memberikan sesuatu yang khusus untuk orang itu dan tidak diperlihatkan dan diberikan kepada orang lain iyakan?kalau kita memberikan kepada orang yang kita sayangi sesuatu dan kita juga memberikan kepada orang lain apa nilai plus buat orang yang kita cintai itu?maka kita sudah menzalimi haq nya " kulihat dia termenung dan menunduk dan kulihat rona wajahnya mulai memerah menahan air matanya yang mulai jatuh, Akhirnya dia bertanya kepadaku " kenapa kita dikatakan menzhalimi orang lain?
" pertama bisa membahayakan diri mbak sendiri bisa jadi mereka berniat jahat sama mbak, atau kalau anak-anak remaja melihat aurat mbak dan akhirnya mereka tergoda bisa jadi mereka bersikap tidak sopan kepada mbak atau bisa jadi membeli VCD Porno dan menontonnya, Dan masalah itu nggak akan berhenti sampai disana saja bisa jadi mereka melakukan perbuatan kriminal lainnya atau kalau mereka tidak sanggup berbuat hal itu mereka memilih melakukan perbuatan masturbasi untuk memenuhi hasrat seksual mereka dan mbak tahu sendirikan akhibat dan dampaknya nanti dari seringnya masturbasi itu,apa bisa mbak bayangkan bagaimana jadi nya anak bangsa ini selanjutnya? coba mbak lihat betapa banyak kasus-kasus pemerkosaan dan kasus kasus pelecehan seksual lainnya itu gara-gara melihat aurat orang lain? bagaimana nurut mbak kalau seandainya seorang suami menggauli istrinya tapi yang dibayangkan oleh suaminya adalah menggauli wanita cantik yang seksi yang dilihatnya di TV di film-film dan di jalanan?apakah kita yang memperlihatkan aurat yang salah atau mereka ? Kalau mbak mengatakan belum bisa berjilbab karena belum bisa menjilbabkan hati mbak sekarang saya bertanya sama mbak apakah boleh dan dibenarkan bagi seseorang untuk melakukan dua dosa sekaligus dikarenakan dia melakukan satu dosa ?
Kulihat dia tak kuasa menahan tangisnya sambil terisak dia mengatakan kepadamu "mbak memang benar, baru kali ini ana mendapatkan pencerahan yang beda dari yang lain, Insya Allah Saya akan merubah pakaian saya dan saya akan memakai jilbab. Saya tidak ingin memperlihatkan apa yang hanya diperbolehkan untuk memperlihatkannya hanya untuk suami saya saya perlihatkan kepada orang lain" Amiin...
Aku Tidak tahu entah sudah sampai dimana bus ini berjalan, karena aku baru pertama kali pulang setelah 5 tahun lamanya tidak pernah pulang ke Indonesia, sengaja ku pilih naik Bus agar bisa menikmati pemandangan alam yang indah, dan lagian barang-barangku tidak banyak sebab sudah aku kirim sebelumnya melalui kontainer kapal. Kulihat Mbak Sofyana masih basah pipinya oleh Air
Allahumma ij'alha zaujatan thahiratan Allahummalladzi syara'a lanal hijab tsabbit qalbiha wa qulubal muslimatin ala tha'ati sunnati nabiyyika....
Labels: Tulisan Tangan
Beraqidah dan berislam yang benar adalah suatu keharusan bagi setiap manusia terutama seorang muslim. Karena tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beriman kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Allah berfirman dalam surat al-hujurat ayat 56 :
"Tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah-Ku."
Begitu juga tujuan diutusnya para nabi dan rasul untuk menyampaikan ajaran tauhid. Karena tauhid kunci kebahagiaan dunia dan akhirat serta menjadi syarat utama diterimanya semua amalan manusia.
Ketika syirik dan bid'ah mulai merasuk ke dalam agama dan munculnya berbagai firqah (kelompok) dikalangan umat yang berujung pada perbedaan aqidah, membuat kita kesulitan untuk menentukan rujukan yang benar sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Hal itu menjadi suatu kewajiban bagi para ulama untuk mengarahkan umat kepada sabililhaq (jalan kebenaran). Maka berjuanglah mereka untuk itu, sehingga ratusan buku bahkan ribuan dikarang dengan tujuan mengembalikan manusia untuk memahami dan beramal dengan aqidah ash- shahihah.
Buku ini mengantarkan kita untuk memahami aqidah ash-shahihah itu. Didalamnya terdapat dasar-dasar aqidah yang mudah dipahami oleh pembaca. Pengarang-pun mengibaratkan bahwa buku ini adalah mahattoh pertama dalam perjalanan Tholibul Ilmi, sebelum memahami lebih jauh berbagai ilmu pengetahuan yang ada. Karena buku ini mengandung titik penting dalam kehidupan manusia di dunia bahkan di akhirat kelak.
Ahlusunnah wal Jamaah sebagai Firqotunnajiah atau Thoifah Mansuroh, yang diisyaratkan oleh Rasulullah Saw., dalam berbagai haditsnya menjadi pembahasan utama dalam buku ini. Berbagai hujjah dan dalil tentang penamaan manhaj ini dipaparkan oleh penulis dengan gamblang. Prinsip-prinsip dasar akidah ahlussunnah wal jamaah dijelaskan secara detail dan akurat. Metodologi beristidlal, berhujjah dan berfikir-pun dipandu di dalam buku ini. Diakhir kitab ini, kita juga akan menemukan 100 buku terpenting dalam akidah Ahlussunnah wal Jamaah beserta resensinya secara global.
Wallahua'lam bishowab.
Labels: kumpulan Kitab
MENJAGA STABILITAS HIDUP AGAR LEBIH BERMAKNA
Mungkin sebagian dari kita akan bertanya-tanya kenapa tiba-tiba iman kita menjadi turun drastris, Awalnya semangat ibadah menggebu-gebu tiba tiba saja menjadi menurun drastic, Tentu semua ini harus cepat diatasi agar tidak berlarut dan menumpuk menjadi sebuah beban dan membuat kita jatuh terperosok kedalam lubang yang jauh dan suram. Sebelum kita mencari solusinya tentu terlebih dahulu kita harus mencari apa sebab-sebab kenapa hal itu terjadi.
Diantara penyebab turunnya semangat iman adalah ;
1.Lemahnya Pemahaman tauhid di dalam hati seseorang
Diantara adalah kurang memahami bahwasanya Allah maha Melihat, baik yang nampak ataupun yang disembunyikan. Sehingga disaat sepi kita merasa Allah tidak melihat kita sehingga membuat kita merasa nyaman untuk berbuat maksiat dan berbuat dosa lainya.terkadang kita melupakan bahwa Allah maha mendengar, bahkan tidak memahami bahwa Allah itu maha mengetahui baik yang sudah berlalu ataupun akan datang.
2. Tidak memahami hakikat Jalan Hidup
Hidup memang penuh dengan Onak dan duri, Hidup penuh dengan bermacam rintangan dan halangan banyaknya cobaan hidup membuat kita menjadi tidak semangat dan terkadang menjadikan kita putus asa dengan datangnya cobaan-dan ujian yang silih berganti tersebut.
3.selalu dihantui oleh masa lalu yang kelam
Masa lalu terkadang membawa manusia untuk tidak semangat menghadapi masa depannya . Dosa yang dilakukan masa lalu menghantui perasaannya sehingga membuat dirinya selalu hina dengan masa lalunya, membuat dirinya merasa tidak pantas untuk menata masa depannya karena aib dan cacat yang melekat dalam dirinya
4.Pasrah dengan keadaan yang ada bagaimana bentuk keadaan tersebut.
Disaat kita hidup dalam kondisi tersebut kita merasa bahwa kita ditaqdirkan seperti itu dan tidak ada keinginan untuk mengubahnya. Padahal hal itu bisa diusahakan untuk dirubah. Kemiskinan yang melekat pada diri kita membuat kita merasa tetap miskin. Lingkungan tempat tinggal kita yang penuh dengan kemaksiatan membuat kita rela dan ikhlas menjalani itu semua. Padahal kita bisa mengubahnya dengan jalan Hijrah dari tempat itu misalnya.atau dengan jalan lain.
5. Selalu berbuat maksiat ataupun mendekati perbuatan maksiat atau sarana yang bisa mengantarkan kita kepada kemaksiatan tersebut.
Itulah diantara penyebab dan yang mendorong kita untuk tidak semangat menata masa depan.membuat stabilitas Iman kita menjadi menurun .
Diantara cara ataupun tips yang bisa kita lakukan dan kita ambil adalah :
1.Jadikan Ibadah kita selama ini Adalah sebuah kebutuhan,bukan hanya sekedar kewajiban semata
Disaat kita membutuhkan sesuatu pasti kita tidak akan bosan dengan hal tersebut,contohnya makan, pernahkan kita merasa bosan untuk makan?tentu tidak. Kenapa karena kita butuh makan.jadikan ibadah sholat kita menjadi sebuah kebutuhan hidup kita jadikan ibadah tadabbur qur’an kita menjadi sebuah santapan pagi kita.
2.Hindari Sifat Menunda-Nunda
Sifat menunda-nunda sebuah pekerjaan ataupun ibadah adalah perbuatan setan. Itulah cara syaithan membisikkan kepada kita agar menunda ibadah kita dengan alas an kita masih muda, pekerjaan kita lagi tanggung atau dengan alasan yang lain yg membuat kita lengah. Salah satu cara atau tips agar jangan sampai bentrok antara waktu kerja dan ibadah adalah jangan mengerjakan sesuatu dekat dengan waktu sholat . ketika teringat langsung kerjakan
3. Hindari Kehidupan yang menyendiri
Hidup sendiri atau bersunyi dari keramaian mengundang potensi dosa,apalagi zaman sekarang ini dimana technologi dan alat komunikasi sudah begitu mudah masuk kekamar-kamar kita. Internet misalnya begitu mudah akses yg kita peroleh. Maka untuk menghindari hal itu maka seringlah duduk bersama orang-orang sholeh baik dimajelis dzikir ataupun dengan mengisi kegiatan yang bermamfaat bersama teman-teman lain atau ditempat keramaian yg tidak dipenuhi dgn maksiat seperti mesjid misalnya atau perpustakaan.
Ingatlah sebuah pepatah mengatakan : bahwa biasanya harimau biasa memangsa kambing yang berjalan sendirian.
4. Berusahalah Untuk Senantiasa Agar Bisa Husnul khatimah
Diantaranya adalah dengan jalan mengingat kematian yang datangnya pasti tapi tidak diketahui kapan datangnya. Atau dengan menjaga diri agar jangan sampai mencintai dunia dan selalu mengingat bahwa amalan itu bikhaatimiha ( akhir hayat kitalah yang akan menentukan )
5. Berdo’alah kepada Allah agar senantiasa ditetapkan hati kita dalam keadaan beriman
Akhiru da’waana Alhamdulillahi washsholaatu ala rasulihi
Diambil dari :
1.Hasil talaqqi kami bersama syaikh DR. Radhi Abdullah ( Dosen IIU Al Azhar )dengan tema “Intikasaat”
2.Kajian Bersama DR. Ahzami Samiun Jazuli (Dosen di Perguruan Tinggi Islam Indonesia)
3. Kitab Tsawabitul Iman ba’da ramadhan (menjaga Stabilitas Iman Pasca Ramadhan) DR.Shalah sulthan
Labels: Tulisan Tangan
Khutbah Idhul Adha 1431 H
Oleh : Ust. Abu Jibriel Abdurrahman ( Wakil Amir Majelis Mujahidin Indonesia )
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, meminta tolong kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kita, dan amal-amal kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk maka tidak ada siapapun yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan maka tidak siapapun yang menunjukkannya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran 3: 102)
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu." (QS. An Nisaa' 4:1)
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu, dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar." (QS. Al Ahzab: 70-71)
Adapun sesudah itu,
Maka sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Saw, dan sekuat-kuat tali ikatan ialah kalimat taqwa, dan berhati-hatilah kamu dengan perkara-perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru (dalam agama) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu sesat, dan setiap kesesatan berada dalam neraka. Kita bersyukur kepada Allah Swt karena berada pada hari yang terbaik dari hari-hari yang diciptakan Allah Swt.
Dari 'Aisyah Ra ia berkata, bahwa Nabi Saw bersabda:
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ ، إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا ، وَأَشْعَارِهَا ، وَأَظْلاَفِهَا . وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ ، فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
"Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada Hari Raya Qurban, lebih dicintai Allah selain dari menyembelih hewan qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu kelak di hari Kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah qurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan pahala qurban itu." (HR. Tirmidzi, no: 1413)
Adapun bagi orang yang memiliki kemampuan pada hari tersebut tetapi dia tidak berkurban, maka perbuatannya itu sangat dibenci. Abu Hurairah Ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa yang mempunyai kemampuan untuk berqurban, tapi ia tidak mau berqurban, maka janganlah ia dekat-dekat di tempat shalat kami." (HR Ahmad, no: 7924, Ibnu Majah, no: 3114, dan dishahihkan oleh Hakim)
الله أكبر... الله أكبر... ولله الحمد
Para Jama'ah Yang Dirahmati Allah.
MANUSIA MEMERLUKAN ALLAH
Tidak dapat di pungkiri oleh siapapun,bahwa seluruh makhluq sangat memerlukan Allah, bahkan tidak sedetikpun dalam kurun waktu dan rezqi yang diperlukan hidupnya melainkan dalam tangan Allah seluruh tanggungan kehidupannya. Allah Swt berfirman:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Hud, 11: 6)
Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa, dan yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.
Maka wajarlah Allah subhanahu wata'ala dalam banyak dialog Nya dengan hamba Nya,mengingatkan supaya selalu ingat dengan nikmat yang tidak terhingga itu. Dintara firman Nya:
"...Dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (QS. Al Baqarah, 2: 231)
Beginilah kasih sayang Allah subhanahu wata'ala kepada manusia, diberi Nya mereka segala nikmat keperluan hidupnya, diturunkan kepada mereka panduan hidup agar tidak tersesat jalan hidupnya yaitu Al Qur'an dan As Sunnah. Namun mereka tetap saja ingkar dan kufur. Al Qur'an menyebutkan kisah pengingkaran golongan manusia yang paling dimuliakan Allah yaitu Bani Israil tetapi merekalah manusia yang paling bejat moralnya kepada Allah,ingkar tehadap nikmat Allah dan janji-janji yang telah diikrarkannya. Maka Allah subhanahu wata'ala berulang kali mengingatkan mereka seperti dalam firman Nya:
"Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas segala umat." (QS. Al Baqarah, 2: 47 dan 122)
"Hai Bani Israil ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut." (QS. Al Baqarah, 2: 40)
Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan Nabi Ya'qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi. Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah dan dilebihkannya dari segala ummat tetapi kekafiran dan kedurhakaan mereka kepada Allah dan kepada para Rasul-Rasul-Nya. Janji Bani Israil kepada Allah Ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-rasul-Nya di antaranya Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang tersebut di dalam Taurat. Bahkan mereka sebelum diutusnya Rasulullah, mereka selalu memohon agar beliau segera di utus. Tetapi setelah beliau diutus, lalu mereka ingkar. Maka mereka senantiasa mendapat kutukan Allah sehingga datangnya hari qiyamat. Allah Swt berfirman:
"Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu." (QS. Al Baqarah, 2: 89)
Jika bangsa yang paling dimuliakan Allah subhanahu wata'ala, dilaknat karena kedurhakaannya kepada Allah, maka apakah nasib bangsa yang tidak dimuliakan ? Maka sudah selayaknyalah hamba-hamba yang menghendaki kecintaan dan keridhaan Allah subhanahu wata'ala tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul Nya. Karena Rahmat Allah itu sangat besarnya diberikan kepada ummat manusia. Allah Swt berfirman:
"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka Apakah kamu tidak mendengar?" Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?"Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya." (QS. Al Qashas, 28: 71-73).
الله أكبر... الله أكبر... ولله الحمد
Para Jama'ah Yang Dirahmati Allah.
MANUSIA DICIPTAKAN UNTUK BERIBADAH
Setiap makhluk (Yang diciptakan) memerlukan Khalik (Pencipta). Temasuk manusia dan jin adalah bagian dari makhluk ciptaan Allah yang special diperintahkan untuk bribadah kepada Nya. Allah Swt berfirman:
"Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali semata-mata untuk beribadah kepada Ku." (QS. Az Zaariyat, 51: 56)
Inilah satu-satunya tujuan penciptaan makhluk yang disebut sebagai jin dan manusia. Ibadah dalam bahasa Arab diambil dari perkataan "Abada-ya'budu-u'bud" yang berarti Ta'at dan patuh..
Artinya tujuan penciptaan jin dan manusia semata-mata untuk mentaati Segala perintah Allah (melaksanakan perintah) dan meninggalkan dan menjauhi segala larang Allah. Tujuannya ialah agar manusia dan jin itu selamat didunia dan sejahtera di akhirat. Siapapun dia dan apapun status sosial yang dia miliki ditengah kehidupan masyarakat dia wajib taat dan patuh kepada Allah subhanahu wata'ala.
Adapun tujuan Ibadah adalah agar manusia Bertaqwa kepada Allah subhanahu wata'ala Firman Nya:
"Wahai manusia, sembahlah Tuhan mu yaitu Yang telah menjadikan kamu dan orang-orang sebelum kamu supaya kamu Bertaqwa." (QS. Al Baqarah, 2: 21)
Perintah bertaqwa kepada Allah merupakan perintah secara menyeluruh kepada semua manusia, baik ummat terdahulu maupun yang terkemudian. Baik kepada manusia yang sudah beriman atau belum, mukmin atau kafir, semuanya diseru untuk bertaqwa kepada Allah. Allah Swt berfirman:
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[ Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An Nisa', 4: 1)
"Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah[Maksudnya: kekafiran kamu itu tidak akan mendatangkan kemudharatan sedikitpun kepada Allah, karena Allah tidak berkehendak kepadamu.] dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji." (QS. An Nisa', 4: 131)
Dan secara khusus kepada Orang-orang beriman Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran, 3: 102)
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (QS. Al Ahzab, 33: 70-71)
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al Maaidah, 5: 35)
Makna taqwa dari ayat-ayat diatas telah dijelaskan oleh dua orang sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yaitu:
1. Ibnu Mas'ud ra berkata:
التَّقْوَى هُو أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُورٍ مِنَ اللهِ تَرْجُو ثَوَابَ اللهِ وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُورِ اللهِ تَخَافُ عِقَابَ اللهِ
"Taqwa ialah kamu beramal dalam rangka mentaati Allah di atas cahaya dari Allah dan mengharapkan pahala dari Allah dan kamu meninggalkan maksiat terhadap Allah di atas cahaya dari Allah dan takut kepada azab Allah."
2. Ali bin Abi Thalib ra berkata:
التَّقْوَى هُوَ الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيلِ وَالْقَنَاعَةُ بِالْقَلِيلِ وَالإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحيِلِ
Taqwa ialah merasa takut kepada Yang Maha Agung, beramal atas apa yang diturunkan (Qur'an dan Sunnah), merasa cukup dengan yang sedikit (hidup sederhana), dan bersiap untuk perjalanan hari yang jauh (hari kiamat) atau siap mati sebelum mati.
Apabila seseorang hamba telah memiliki ketaqwaan seperti ini maka Allah memberi jaminan kepadanya yaitu terlepas dari kesempitan hidup, musibah, bala bencana dan dimudahkan mendapat rezki dari segala penjuru sebaimana disebutkan di dalam Qur'an Surat Ath Thalaq, 65: ayat 2 dan 3,
"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."
Juga dalam Qur'an Surat Adz Dzaariyat: 51: 15-22, disebutkan bahwa orang-orang yang bertaqwa akan dimuliakan Allah swt di dalam syurga.
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu."
Dari ayat-ayat diatas dapat difahami bahwa tujuan ibadah itu agar manusia menjadi baik dan Shalih semuanya, karena kesolehan akan mengundang segala kebaikan dan kemanfaatan baaginya dan sekaligus berarti menjauhkan dan menghindarkan mereka dari segala musibah dan bencana, sedang kejahatan akan mengundang segala kejelekan dan keterpurukan dan mennghalangi dari segala kebaikan dan kemuliaan. Dengan itu, manusia memerlukan petunjuk hidup agar mereka tidak meraba-raba bagaimana caranya menyembah Allah. Petujuk hidup itu menurut pandangan kitab suci Agama Islam ialah: Kitab Allah (Al Qur'an) dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Allah berfirman:
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (QS. Al An'am, 6: 153)
Ayat ini menjelaskan, barangsiapa yang hendak menjadi taqwa wajib menerima satu-satunya yang berhak mengatur hidup mereka hanyalah syari'ah isalam berdasarkan al qur'an dan as sunnah. Dan barangsiapa yang tidak mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh al qur'an dan sunnah, tidak mungkin menjadi orang yang bertaqwa, dan orang yang shalih.
الله أكبر... الله أكبر... ولله الحمد
Para Jama'ah Yang Dirahmati Allah.
ORANG YANG DURHAKA AKAN DIMUSNAHKAN
Kepada orang-orang yang belum mau merima pandangan ini yaitu pandangan hidup Islam, dan tetap mengikuti pandangan hidup berdasarkan hawa nafsu, maka Allah mengancam mereka dengan firman Nya:
"Hai manusia,kamulah yang memerlukan Allah sedangkan Allah, Dialah yang Maha kaya dan Maha terpuji. Jika kamu tetap membangkang Allah akan memusnahkan kamu dan akan digantinya kamu dengan makhluk yang lain,dan yang demikian itu tidak sulit bagi Allah." (QS. Al Fatir, 35: 15-17)
"...Dan jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah[Maksudnya: kekafiran kamu itu tidak akan mendatangkan kemudharatan sedikitpun kepada Allah, karena Allah tidak berkehendak kepadamu.] dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji." (QS. An Nisa', 4: 131)
"Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu." (QS. Az Zumar, 39: 7)
MUSIBAH & BENCANA, PERINGATAN ATAU ADZAB ?
Bencana dan musibah alam yang silih berganti menimpa negeri ini tidak akan terjadi dengan sendirinya. Dia bukanlah senda gurau dan permainan. Gemanya telah menimbulkan berbagai pertanyaan di benak setiap orang, apa sebenarnya yang sedang terjadi?. Hampir pasti, setiap kali bencana dan musibah terjadi secara susul menyusul hanya difahami oleh logika akal dan pemahaman adat dan kelenik yang menisbatkan kejadian tersebut disebabkan oleh kemarahan dewa yang terlambat diberikan sesajen. Oleh pemahaman seperti inilah sebagian manusia bila menghadapi tsunami, gempa bumi dan gunung merapi,mereka mencari hewan ternak tertentu untuk disajikan kepada dewa yang sedang marah. Pemahaman seperti ini adalah keliru dan syirik dari segi syaria'ah yang wajib dijauhi oleh setiap Muslim.
Sebagai seorang Muslim dan Mukmin yang shaleh, tidak boleh menerima pandangan realitas akal dan pengetahuan tanpa pendamping wahyu Allah Swt. Bencana-bencana yang muncul beruntun itu, ternyata bisa menjadi pertanda peringatan dan teguran Allah akan sebuah kehancuran yang lebih besar, karena umat di negeri ini kebanyakannya tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran Allah Swt bahkan menyimpangkannya sangat jauh dari rel kebenaran.
الله أكبر... الله أكبر... ولله الحمد
Para Jama'ah Yang Dirahmati Allah.
Dari berbagai rangkaian musibah, ujian dan bala bencana yang menimpa manusia, khususnya negeri ini, sebab-sebabnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama: Karena manusia mendustakan ajaran Allah Swt dan Rasul-Nya. Kedua: Orang-orang yang hidup mewah (para pemimipin dan penguasa) tidak memperdulikan hak-hak dan kewajibannya kepada Allah Swt. Ketiga: Kufur (ingkar) kepada ayat-ayat Allah dengan membunuh para Nabi dan ajarannya dan Ulama warasatul anbiya' (pewaris para Nabi), dan mengingkari nikmat-Nya dan menukarkan kenikmatan itu dengan kekafiran. Keempat: Para penguasa dan pembesar-pembesar kaum, menukar hukum Allah dengan hukum jahiliyah dan melempar hukum Allah dibelakang punggung mereka. Kelima: Kesombongan intelektual dan Kecenderungan masyarakat memilih serta mengikuti tradisi nenek moyang dengan ajaran sesatnya yang bertolak belakang dari hidayah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Al Qur'an Menjelaskan Tentang Sebab-Sebab Musibah Dan Bala Bencana
Pertama :
Karena manusia mendustakan (mendurhakai) Allah Swt dan Rasul Nya.
Al Qur'an menjelaskan perkara-perkara itu dengan tegas, sebagaimana firman-Nya:.
"Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang Kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya." (QS. (Al-a'raf, 7 : 94-95)
"Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman." (QS. Al Qhashash, 28 : 59)
"Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Hud : 117)
"Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui." (QS. An Nisaa : 147)
FirmanNya lagi:
"Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan dimuka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat yang diderita oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih kuat dri merka,mereka telah mengolah bumi dan memakmurkannya lebih banyak dari apa yang mereka makmurkan.Dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan dan bukti-bukti yang nyata.Maka Allah sekali-kali berlaku dzalim kepada mereka ,tetapi merekalah yang berlaku dzalim terhadap dir mereka.Kemudian akibat orang-orang yang melakukan kedurhakaan dan kejahatan adalah azab siksa yang lebih buruk,karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olok." (QS. Rum, 30 : 9-10).
Dan firmanNya lagi:
"(ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri), demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi amat keras siksaan-Nya, (siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri [Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.], dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya, maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman." (QS. Al An fal, 8 : 49-55)
Kedua:
Orang-orang yang hidup mewah (para pemimipin dan penguasa) tidak memperdulikan hak-hak dan kewajibannya kepada Allah Swt.
Allah Swt berfirman:
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah (para penguasa) di negeri itu supaya mentaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. Al Isra, 17 : 16)
"Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab." (QS. Al Isra' 17 : 58)
Ayat-ayat diatas menggambarkan jika dalam kehidupan masyarakat sudah muncul kemungkaran dan kemaksiatan maka Allah akan menghancurkan negeri itu sehancur-hancurnya atau Allah akan mengazab penduduknya dengan azab yang pedih sebelum datangnya hari kiamat.
Ketiga:
Kufur (ingkar) kepada ayat-ayat Allah dengan membunuh para Nabi dan ajarannya dan Ulama warasatul anbiya' (pewaris para Nabi), dan mengingkari nikmat-Nya dan menukarkan kenikmatan itu dengan kekafiran.
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas." (QS. Ali-Imran, 3:112)
Padahal seluruh nikmat yang telah diterima manusia asalnya dari Allah swt, tetapi mereka tidak pernah mensyukurinya. Al Qur'an menjelaskan:
"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu dari pada kamu, tiba-tiba sebahagian dari pada kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (yang lain), Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; Maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya)." (QS. An-Nahl, 16 : 53-55)
Keempat:
Para penguasa dan pembesar-pembesar kaum, menukar hukum Allah dengan hukum jahiliyah dan melempar hukum Allah dibelakang punggung mereka.
Allah Swt berfirman:
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?." (QS. Al Maidah, 5 : 50)
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu." (QS. As Syura, 42 : 30)
FirmanNya lagi:
"Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS. An-Nahl, 16 : 112)
FirmanNya lagi:
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman." (QS. Ibrahim, 14 : 28-29)
Kelima:
Kesombongan intelektual dan Kecenderungan masyarakat memilih serta mengikuti tradisi nenek moyang dengan ajaran sesatnya yang bertolak belakang dari hidayah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Dan mereka berkata: "Jika Kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya Kami akan diusir dari negeri kami". dan Apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; Maka Itulah tempat kediaman mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil. dan Kami adalah pewaris(nya)." (QS. al-Qashash, 28:57-58)
Lihatlah bagaimana kesombongan mereka, ketika diingatkan Allah swt,bahwa pemimpin mereka tidak mengetahui apa-apa, namun tetap mereka membabi buta mengikutinya dan menolak mengikuti kebenaran kitab Allah. Mereka lebih takut kepada manusia dari pada siksan Allah subhanahu wata'ala.
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?." (QS. Al Baqarah, 2 : 170)
"Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?." (QS. Al Ma'idah, 5 : 105)
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". mereka menjawab: "(Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?." (QS. Lukman, 31 : 21)
Demikianlah diantara ayat-ayat Allah yang menerangkan sebab-sebab datangnya musibah dan bala bencana keatas manusia. Dan didalam Sunnah. Rasulullah Saw juga menerangkan akan sebab-sebab musibah dan bala bencana, antara lain:
Berkata Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Jika timbul maksiat pada ummatku, maka Allah akan menyebarkan azab-siksa kepada mereka." Aku berkata : Wahai Rasulullah, apakah pada waktu itu tidak ada orang-orang shalih?Beliau menjawab: "ada!". Aku berkata lagi: Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka? Beliau menjawab: "Allah akan menimpakan kepada mereka azab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat, kemudian mereka akan mendapatkan keampunan dan keredhaan dari dari Rabbnya." (HR. Imam Ahmad)
الله أكبر... الله أكبر... ولله الحمد
Para Jama'ah Yang Dirahmati Allah.
Al Hadits menjelaskan tentang sebab-sebab Musibah dan Bala bencana
Musibah dan bala-bencana yang menimpa pada saat ini di Indonesia dan di belahan dunia lainnya, telah diinfokan oleh Rasululullah saw berdasarkan dua haditsnya berikut:
Rasulullah Saw bersabda,
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا وَقَعَتْ فِيْكُمْ خَمْسٌ ، وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تَكُونَ فِيْكُمْ أَوْ تُدْرِكُوهُنَّ : مَا ظَهَرَتِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ يُعْمَلُ بِهَا فِيْهِمْ عَلاَنِيَةً إِلاَّ ظَهَرَ فِيْهِمْ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلاَفِهِمْ ، وَمَا مَنَعَ قَوْمٌ الزَّكَاةَ إِِلاَّ مُنِعُوْا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا ، وَمَا بَخَسَ قَوْمٌ الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِيْنَ وَشِدَّةِ الْمُؤْنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ ، وَلاَ حَكَمَ أُمَرَاءُهُمْ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ إِلاَّ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ فَاسْتَنْفَدَ بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ ، وَمَا عَطَّلُوا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِمْ إِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ .
"Bagaimana kalian apabila terjadi lima perkara, dan aku berlindung kepada Allah mudah-mudahan lima perkara itu tidak terjadi pada kamu atau kamu tidak menjumpainya, yaitu,
1. Tidaklah perbuatan zina itu tampak pada suatu kaum, dikerjakan secara terang-terangan, melainkan tampak dalam mereka penyakit ta'un dan kelaparan yang tidak pernah dijumpai oleh nenek moyang dahulu.
2. Dan tidaklah kaum itu menahan zakat, melainkan mereka ditahan oleh Allah turunnya hujan dari langit, andai kata tidak ada binatang ternak tentu mereka tidak akan dihujani.
3. Dan tidaklah kaum itu mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka disiksa oleh Allah dengan kesengsaraan bertahun-tahun dan sulitnya kebutuhan hidup dan nyelewengnya penguasa.
4. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka itu menghukumi dengan selain kitab yang diturunkan oleh Allah, melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh yang merampas sebagian kekuasaan mereka.
5. Dan tidaklah mereka itu menyia-nyiakan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan bahaya di antara mereka sendiri." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Dari Ali bin Abi Thalib Ra berkata
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا فَعَلَتْ أُمَّتِي خَمْسَ عَشْرَةَ خَصْلَةً حَلَّ بِهَا الْبَلاَءُ ، فَقِيلَ : وَمَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : إِذَا كَانَ الْمَغْنَمُ دُوَلاً ، وَالأَمَانَةُ مَغْنَمًا ، وَالزَّكَاةُ مَغْرَمًا ، وَأَطَاعَ الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ ، وَعَقَّ أُمَّهُ ، وَبَرَّ صَدِيقَهُ ، وَجَفَا أَبَاهُ ، وَارْتَفَعَتْ الأَصْوَاتُ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَكَانَ زَعِيمُ الْقَوْمِ أَرْذَلَهُمْ ، وَأُكْرِمَ الرَّجُلُ مَخَافَةَ شَرِّهِ ، وَشُرِبَتْ الْخُمُورُ ، وَلُبِسَ الْحَرِيرُ ، وَاتُّخِذَتْ الْقَيْنَاتُ وَالْمَعَازِفُ ، وَلَعَنَ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ أَوَّلَهَا ، فَلْيَرْتَقِبُوا عِنْدَ ذَلِكَ رِيحًا حَمْرَاءَ أَوْ خَسْفًا وَمَسْخًا
Rasulullah Saw bersabda: "Apabila umatku telah melakukan lima belas perkara, maka halal baginya (layaklah) ditimpakan kepada mereka bencana." Ditanyakan, apakah lima belas perkara itu wahai Rasulullah?Rasulullah Saw bersabda: "Apabila... (1) Harta rampasan perang (maghnam) dianggap sebagai milik pribadi. (2) Amanah (barang amanah) dijadikan sebagai harta rampasan. (3) Zakat dianggap sebagai cukai (denda). (4) Suami menjadi budak istrinya. (5) Mendurhakai ibunya. (6) Mengutamakan sahabatnya. (7) Berbuat zalim kepada ayahnya. (8) Terjadi kebisingan (suara kuat) dan keributan di dalam masjid (yang bertentangan dengan syari'ah). (9) Orang-orang hina, rendah, dan bejat moralnya menjadi pemimpin umat (masyarakat). (10) Seseorang dihormati karena semata-mata takut dengan kejahatannya. (11) Minuman keras (khamar) tersebar merata dan menjadi kebiasaan. (12) Laki-laki telah memakai pakaian sutera. (13) Penyanyi dan penari wanita bermunculan dan dianjurkan. (14) Alat-alat musik merajalela dan menjadi kebanggaan atau kesukaan. (15) Generasi akhir umat ini mencela dan mencerca generasi pendahulunya; Apabila telah berlaku perkara-perkara tersebut, maka tunggulah datangnya malapetaka berupa; taufan merah (kebakaran), tenggelam ke dalam bumi (gempa bumi), dan perubahan-per-ubahan atau penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk kepada bentuk yang lain. (HR. Tirmidzi, 2136 dari Ali bin Abi Thalib)
Demikianlah dahsyatnya musibah dan malapetaka akibat satu pemerintahan menolak berlakunya syariat Allah Swt, dan rakyatnya hanya diam tidak melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Maka kita telah saksikan apa yang telah berlaku di Indonesia, kekacauan, kehancuran, kesempitan, kemelaratan, perseteruan antar kaum, dan perpecahan satu sama lain antara rakyat dengan rakyat dan rakyat dengan penguasa. Korupsi dan ketidak adilan merajalela, tekanan penguasa kepada rakyat yang tidak segan berlaku kejam kepada rakyat, para penegak syari'ah dan mujahidin dibunuh dengan tuduhan teroris sementara nabi palsu, koruptor, pemurtad agama dibiarkan hidup, pembunuhan masal dalam keluarga karena kemiskinan dan tekanan hidup, dan segala macam penyakit bermunculan menimpa manusia, yang benar-benar menyulitkan dan membinasakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Oleh sebab itulah, Rasulullah Saw berdoa agar sahabat-sahabatnya tidak menjumpai keadaan yang demikian dahsyat dan terpuruknya. Dari semua perkara yang menyebabkan datangnya siksa dan azab itu. Insya Allah akan berakhir jika manusia dan kaum Muslimin khususnya kembali kepada Allah dan Rasul Nya, berpegang teguh kepada Dinullah (Islam yang sebenar-benarnya, menurut Al Qur'an dan As Sunnah) mengikut petunjuk Rasulnya.
Sebelum penutup, renungkanlah firman Allah Swt berikut serbagai introfeksi kita semua:
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al A'raf, 7: 96)
Wallahu'alam bis showab...
الله أكبر... الله أكبر... ولله الحمد
Para Jama'ah Yang Dirahmati Allah.
PENUTUP DAN DO'A
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita berdoa, dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan pikiran. Semoga Allah memperkenankan doa hamba-hamba-Nya yang ikhlas.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، اَللَّهُمَّ مَتِعْنَا بِأَسْمَاعِنَا ، وَأَبْصَارِنَا ، وَقُوَّاتِنَا ، مَاأَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَل مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَمَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ ، وَبَارِكْ لَنَا فِيْ أَسْمَاعِنَا ، وَأَبْصَارِنَا ، وَقُلُوْبِنَا ، وَأَزْوَاجِنَا ، وَذُرِّيَّاتِنَا ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مَحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا (رَبَيَانَا) صِغَارًا ، وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ، اَللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةَ وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةَ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزِّةِ عَمَّا يَصِفُونَ ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Ya Allah, ya Tuhan kami, bagi-bagikanlah kepada kami demi takut kepada-Mu apa yang kiranya dapat menghalang antara kami dan maksiat kepada-Mu; dan (bagi-bagikan juga kepada kami) demi ta'at kepada-Mu apa yang sekiranya dapat menyampaikan kami ke surga-Mu; dan (bagi-bagikan juga kepada kami) demi ta'at kepada-Mu; dan demi suatu keyakinan yang kiranya dapat meringankan beban musibah dunia kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami! Senangkanlah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami dan kekuatan kami pada apa yang Engkau telah menghidupkan kami, dan jadikanlah ia sebagai warisan dari kami, dan jadikanlah pembelaan kami (memukul) orang-orang yang menzhalimi kami serta bantulah kami untuk menghadapi orang-orang yang memusuhi kami; dan jangan kiranya Engkau menjadikan musibah kami ini mengenai agama kami, jangan pula Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita kami yang paling besar, juga sebagai tujuan akhir dari ilmu pengetahuan kami; dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menaruh sayang kepada kami.
Ya Allah, persatukanlah hati-hati kami dan perbaikilah keadaan kami dan tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan, dan bebaskanlah kami dari kejahatan yang tampak maupun tersembunyi, dan berkatilah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami, hati-hati kami, istri-istri serta anak-anak kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ya Allah, ampunkanlah bagi kami dosa-dosa kami, dan dosa kedua ibu bapa kami, dan berilah rahmat kepada mereka sebagaimana mereka telah memelihara kami di masa kecil kami dahulu. Dan ampunilah dosa-dosa seluruh kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminan, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Ya Allah, ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia (kebaikan ilmu dan ibadah), dan kebaikan di akhirat (surga), dan peliharalah kami dari siksa api neraka. Dan sejahterakanlah ke atas Nabi Muhammad, keluarganya, dan sahabat-sahabatnya semuanya. Maha Suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.
Amin, Ya Mujibassailin!.
Diambil dari: http://arrahmah.com.
Labels: Kumpulan khutbah
Pendahuluan
Beberapa waktu belakangan ini problematika hadits ahad menjadi sebuah diskusi hangat dan perdebatan yang panjang dikalangan para thalibul ilmi di Universitas, terutama mereka yang mendalami ilmu agama khususnya lagi yang konsentrasi dalam bidang hadits ,banyak fenomena yang mengungkapkan masalah boleh atau tidaknya menjadikan hadits ahad ini menjadi dalil dalam pengambilan hukum
Saat penulis duduk dibangku kuliah di Indonesia, Penulis membaca sebuah sebuah buku yang mengatakan bahwa nabi Isa Alaihissalam tidak akan turun akhir di akhir zaman nanti, kenapa? Karena ( katanya ) hadits-hadits yang berkaitan dengan turunnya nabi Isa Alaihissalam adalah haditsnya hadits ahad. Disisi lain sekelompok jama’ah menyesatkan dan mengkafirkan hizbuttahrir karena mereka tidak mau berpegang dengan hadits ahad.
Karena itu penulis melihat begitu pentingnya pembahasan hadits ahad ini, diantaranyanya adalah karena berkembangnya akhir-akhir ini perbedaan yang cukup tajam antara kelompok yang menerima hadits ahad dan yang menolak hadits ahad untuk dijadikan hujjah. Mengingat studi ilmu hadits di Indonesia masih rendah, maka sudah sepatutnyalah kita yang kuliah di Al Azhar ini untuk menjelaskan perkara ini.
Dalam makalah ini, penulis berusaha semampu mungkin membahas persoalan hadits ahad baik itu dari segi defenisi dan hukum apakah hadits ahad itu boleh dijadikan Hujjah atau tidak.
Defenisi Hadits Ahad
Kata-kata ahaad adalah bentuk jama’ dari kata ahad, yang berarti hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi, jadi Secara sederhana hadits Ahad adalah hadits yang selain hadits mutawatir.
Pembagian Hadits Ahad
Secara jumlah bilangan rawi terbagi kepada tiga bagian :
Masyhur : yaitu hadits yang diriwayatkan tiga orang lebih – disetiap tingkatannya – tapi tidak mencapai derajat mutawatir
Contohnya :
المسام من سلم المسلمون من لسانه و يده
Aziz : yaitu hadits yang diriwayatkan tidak kurang dari dua orang – disetiap tingkatannya –
Contohnya :
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده و الناس أجمعين
Gharib : yaitu hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi.
Contohnya hadits
إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امريء ما نوى ، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله ، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه
Dan setiap jenis hadits ini memiliki pembagian lagi, namun kita tidak akan membahasnya terlalu dalam, mengingat bahwa pembahasan kita adalah masalah boleh tidaknya berhujjah dengan hadits Ahad tersebut.
Sedangkan berdasarkan kuat dan lemahnya. Hadits ahad terbagi kepada dua macam :
Pertama : Diterima, dan wajib beramal dengannya , apabila hadits ahad tersebut kuat kebenarannya dalam artian bahwa hadits ahad itu adalah shahih
Kedua : Ditolak apabila hadits ahad ini tidak kuat kebenarannya atau tidak shahih.
Hukum Beramal dengan Hadits Ahad
Tidak ada perbedaan dikalangan jumhur ulama hadits bahwa hadits ahad bisa dijadikan hujjah dan boleh beramal dengannya. Ulama- ulama salaf mereka sepakat bahwa bolehnya berpegang dengan hadits ahad – Jika hadits ahad itu shohih – dalam segala urusan baik ibadah maupun aqidah. dibawah ini kami nukilkan beberapa pendapat para ulama-ualam salaf tentang hadits ahad :
Ibnu Hajar رحمه الله berkata:
Sungguh sudah terkenal perbuatan shahabat dan tabi’in dengan dasar hadits ahad dan tanpa penolakan. Maka telah sepakat mereka untuk menerima hadits ahad.
Ibnu Abil ‘Izzi رحمه الله berkata :
Hadits ahad, jika para ummat menerima sebagai dasar amal dan membenarkannya, maka dapat memberikan ilmu yakin (kepastian) menurut jumhur ulama. Dan hadits ahad termasuk bagian hadits mutawatir, sedangkan bagi kalangan ulama Salaf tidak ada perselisihan dalam masalah ini
Imam Ahmad رحمه الله berkata ;
Semua yang datang dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dengan sanad baik, maka kita tetapkan dan bila tidak tetap (tidak sah) dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dan kita tidak menerimanya maka kita kembalikan urusan itu kepada Allah Subhanahu waTa’ala.
Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata :
Hadits, apabila sudah shahih semua umat Islam sepakat wajib untuk mengikutinya
Imam syafe’i رحمه الله juga tidak mensyaratkan hadits untuk diterima kecuali keshohihan hadits tersebut.
Syarat-Syarat beramal dengan Hadits Ahad
Imam syaukani رحمه الله dalam kitabnya “ Irsyaadul fuhuul “ menyebutkan bahwa syarat beramal dengan hadits ahad terbagi kepada :
Syarat mukhbir yaitu rawi . Diantaranya adalah :
1. Mukallaf , tidak diterima riwayat yang berasal dari anak kecil dan orang gila.
2. Islam , tidak sah riwayat yang berasal orang kafir,baik yahudi, nashrani dan sebagainya
3. ’Al –‘adaalah . Ini adalah syarat mutlaq dan para ulama hadits sepakat atas wajibnya ke ‘adalahan rawi dalam meriwayatkan hadits. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Zarkasyi dalam kitab “ Bahrul Muhith “
4. Dhabturrawi, Merupakan sebuah kemestian bagi perawi hadits bahwa dia harus dhabith agar riwayatnya tersebut tsiqqah dan terjaga dari kesalahan dan kelupaan dalam hafalannya.
5. Gairu Mudallis , artinya Seorang perawi tidak melakukan upaya tadlis ( menyembunyikan kecacatan dalam sanadnya dan secara dhahirnya riwayat tersebut kelihatan baik ) baik itu dalam matan hadits atau sanad hadits.
Sedangkan syarat mukhbir ‘anhu ( madlul khabari ) diantaranya adalah :
1. tidak mustahil menurut akal
2. Tidak menyalahi Nash yang qath’i
3. Tidak menyalahi ijma’ Ummat dengan Hujjah yang qath’i
Sedangkan Mazhab maliki mensyaratkan diterimanya hadits ahad apabila tidak menyalahi amaliyah ahlu madinah. Karena ahlu madinah mereka mewarisi amaliyah-amaliyah dari generasi-generasi sebelumnya. Dan juga mereka mensyaratkan tidak menyalahi qawa’id ushuliyah
Adapun Mazhab Hanafiyah mensyaratakan bahwa diterimanya hadits ahad diantaranya apabila tidak menyalahi qiyas yang shohih dan qawa’id ushuliyah yang telah ditetapkan oleh syari’at dan mensyaratkan bahwa rawi tidak melakukan perbuatan yang menyalahi hadits yang diriwayatkannya.
Namun Imam Syafi’I dan Hanbali tidak mensyaratkankan syarat diatas kecuali keshahihan hadits tersebut berdasarkan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh para Ulama hadits.
Jawab ; Pendapat Mazhab Hanafi dan Maliki ini lemah karena apabila hadits itu mencapai derajat shahih maka mesti diikuti dan diambil untuk diamalkan dan dan meng Istinbatkan hukum dengannya.baik itu ahlu madinah sepakat atau tidak ,baik itu rawi mengamalkannya atau tidak atau berbeda dengan qawaid ushuliyah.
KELOMPOK YANG MENOLAK HADITS AHAD
Terbagi kepada dua golongan. Yaitu :
A, Kelompok yang menolak hadits ahad secara muthlaq seperti Mu’tazilah dan khawarij ( Lihat . Kitab Syarah Ushulil khamsah oleh Qadhi Abdul jabbar
B. Kelompok yang menolak hadits Ahad untuk hujjah dalam masalah aqidah dan menerima hadits ahad dalam masalah ahkam dan furu’ seperti sebahagian ahli kalam, asya’irah dan maturidiyah (lihat Kitab asya’irah diantaranya irsyaad ila qawaathi’ al adillah fi ushulil I’tiqaad oleh Imam Juwainy dan Asaas taqdiis oleh imam Arrazi)
. Dalil- dalil kehujjahan hadits ahad sekaligus bantahan Syubhat yang mengingkarinya
1. Firman Allah dalam surat at-taubah ayat 122
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ ذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
2. Firman Allah dalam Surat Al Hujurat ayat 6
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا
3. Firman Allah dalam Surat al Anbiya’ ayat 7
فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
4. Firman Allah dalam Surat Nuh ayat 1.
إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم
5. Hadits mutawatir yang menjelaskan pengutusan sahabat ke daerah-daerah jauh untuk berdakwah seperti Mu’adz Bin Jabal ke Yaman, Mush’ab Bin Umair ke Yastrib dan Abu Ubaidah Bin Jarah ke daerah Najran.
6. Nabi mengirim 12 delegasi untuk surat kepada 12 raja-raja seperti herclius
7. Hadits yang menjelaskan pemindahan qiblat
8. Hadits tentang pengharaman khamar sebagaimana diriwayatkan oleh Anas Bin malik
9. Nabi mengutus Ali Bin Abi Thalib untuk menyampaikan ayat dari surat Bara’ah
10. Nabi mengutus Abu Bakar untuk menjadi wali dalam urusan haji pada tahun ke 9 hijriah
DR. Mustafa Shiba’i dalam kitabnya “ Assunnah wamakaanatuha Fi Tasyri’ “ beliau menukilkan dari kitab “ Ar-risalah Imam Syafi’I “ menyebutkan ada sekitar 34 dalil yang menegaskan tentang kehujjahan hadits Ahad tersebut.
Dr. Rifat Fauziy, berkata, “ Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang,dua orang, atau lebih akan tetapi belum mencapai tingkat mutawatir, sambung hingga Rasulullah saw. Hadits semacam ini tidak menghasilkan keyakinan, akan tetapi hanya menghasilkan dzan….akan tetapi, jumhur ‘Ulama berpendapat bahwa beramal dengan hadits ahad merupakan kewajiban.”
Disini kami sebutkan diantara kitab-kitab kontemporer yang membahas masalah hadits ahad yaitu
1. Hadits Ahad Hujjah binafsihi fil aqaa’id wal ahkam oleh Syaikhuna Muhammad Nashiruddin Albani
2. Akhbaarul ahaad fil hadits Annabawi oleh Assyaikh DR. Shalih Jibrin
3. Ashlu Addin oleh Prof. Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar
4. Raad syubhat ilhaad fil Ahaadits Ahaad oleh Abdul Aziz Rasyid
Penutup
Adapun pembahasan hadits ahad ini tidak pernah dibahas sebelumnya oleh Ahlu para generasi terdahulu sebab mereka tidak pernah membedakan hadits itu mutawatir ataupun ahad, yang mereka bedakan adalah shahih tidaknya hadits tersebut. Manhaj Ahlu sunnah wal jama’ah berpendapat bahwa wajib berpegang dengan hadits Ahad – yang shahih- sebagai mana yang kita dapati dalam kitab-kitab ulama ahlu sunnah tersebut. Dan penulis sendiri juga mengambil pendapat yang membolehkan berpegang dengan hadits Ahaad jika hadits ahad tersebut shahih, baik dalam masalah Aqidah, ahkam dan furu’.
Demikianlah makalah singkat ini kami tulis mengingat begitu pentingnya pembahasan hadits ahad ini terutama bagi yang kita yang bergelut dengan ilmu ushuluddin dan syari’ah wal bil khususnya yang konsentrasi dibidang hadits & ilmu hadits.
Bibliografi
1. Asyqar, Umar Sulaiman . Aqidah fillah . Kairo : Dar el Salam 2008
2. Karim, Abdul Karim . Al Wajiz fi ushulil fiqh . Beirut : Penerbit Arrisalah 2009
3. Syaukani, Imam . Irsyaadul fuhuul ila tahqiqil ilmi ushul, tahqiq Abu hafsh al araby al atsary
Kairo : Cetakan Faruq el haditsah 2009
4. Shiba’I, Musthafa. Sunnah wamakaanatuha fi tasyri’. Kairo : Dar el Salam 2008
5. Syinqhity, Muhammad Amin. Mudzaakar ushul el fiqh. Suriah : Dar ulum wal hikam 2004
6. Thohan, Mahmud. Taisir musthalah hadits. Riyadh :penerbit Ma’arif 2004
7. WWW. Manhaj.or.id
8. Yusri, Muhammad. Mubtadi’ah wa mauqifu ahlu sunnah minhu. Kairo : Dar yusri 2007
9. Zuhaily,Wahbah. Al wajiz fi Ushulil fiqh. Beirut : Dar fikri
*Dipresentasikan waktu diskusi fakultatif Forum Komunikasi dan Informasi Mahasiswa Indonesia di Dimyath tanggal 11 november 2010
** Mahasiswa Fak.Ushuluddin wa da’wah Jurusan hadits waulumuhu Universitas Al Azhar - Mansoura
Labels: Tulisan Tangan
;;
Subscribe to:
Komentar (Atom)

RSS Feed (xml)
