Syekh Abu Ishaq al-Huwaini

Rasulullah Saw., bersabda, "Akan tetap ada segolongan orang dari umatku ini, yang mereka tetap teguh mempertahankan kebenaran sampai hari kiamat…", kemudian Imam bukhari menjelaskan, "Mereka adalah ahli hadits".

Hijazi Muhammad Syarif, atau yang lebih kita kenal dengan syekh Abi Ishaq al-Huwaini, lahir di Kafr ash-Sheikh (salah satu propinsi di Mesir ) pada tahun 1954 M/ 1375 H.

Ulama hadist yang terkenal ini mulai mendalami ilmu agama saat berumur 11 tahun, beliau rajin menghadiri pengajian-pengajian syekh Muhammad Najib al muthi'i tentang ilmu fiqh yang menggunakan mazhab Imam Syafi'i, dan beliau sendiri adalah lulusan dari college section on the Spanish tongue, mendapat rangking pertama setiap tahun kecuali tahun terakhir mendapat peringkat kedua. Syekh Abi Ishaq al-Huwaini sering menghabiskan waktu di maktabah "al-mushthafa", menuntut ilmu secara kontiniu disiang hari, sedangkan dimalam hari beliau bekerja untuk membiayai hidupnya. Namun kemudian beliau pergi ke Yordania untuk belajar dengan Syekh Nashiruddin Albani (Al Muhaddits terpopuler abad 20) dan terhitung murid-murid pertama dari Syekh Albani ini.

Suatu ketika, Syekh Albani pernah ditanya siapa orang yang akan menggantikan beliau dalam manhaj ilmiah, beliau menyebutkan nama syekh muqbil bin hadi dan kemudian meyebutkan nama Syekh Abu Ishaq Al Huwaini. Dalam kesempatan lain ‘Ubadah bin ‘Abdul Lathif bin Muhammad Nashiruddin al-Albani ( cucu dari syekh Albani ), pernah bertanya pada kakeknya itu, "Siapakah dua orang yang lebih utama dalam ilmu hadits?" Syekh Albani menjawab, " Ali Hasan al-Halabi dan Abu Ishaq al-Huwaini ". Syekh Ubeidullah Ibrahim bin Hamdi Abu Abdurrahman berkata " Bukanlah berlebihan jika saya katakan bahwa tidak ada seorangpun setelah Syekh Mesir yang populer Al-Hafizh Al-Imam Ahmad Muhammad Syakir rahimahullah yang dapat menyamainya dalam ilmu hadits selain saudara penulis ini (abu ishaq al-huwaini,red). Saya yakin jika beliau diberi umur panjang niscaya akan terlihat keajaiban demi keajaiban pada dirinya".

Diantara karya-karya tulisnya:

1. takhrij tafsir bin katsir

2. ats-Tsamr ad-Dani Fi adz-Dzabb ‘An al-Albani

3. Tahqiq ad-Dibaj Syarh Shahih Muslim karya as-Suyuthi

4. Badzl al-Ihsan Bi Takhrij Sunan an-Nasa`i, Abi ‘Abdirrahman

5. Tahqiq an-Nasikh Wa al-Mansukh karya Ibn Syahin

6. Masis al-Hajah Ila Takhrij Sunan Ibn Majah

7. Ithaf an-Naqim Bi Wahm adz-Dzahabi Wa al-Hakim

8. Tanbih al-Hajid Ila Ma Waqa’a Min an-Nazhar Fi Kutub al-Amjad

9. Syarh Wa Tahqiq al-Mughni ‘An al-Hifzh

Sedangkan risalah-risalah pendek diantaranya:

10. Simth al-Ali Fi ar-Radd ‘Ala al-Ghazali

11. Shahih al-Qashash an-Nabawi

12. Tahqiq Fadha`il Fathimah Karya Ibn Syahin

13. Kasyf al-Makhbu’ Bi Tsubut Hadits at-Tasmiyah ‘Inda al-Wudhu

14. Nahyu ash-Shuhbah ‘An an-Nuzul Bi ar-Rukbah

Dan masih banyak karya-karya lain terutama dalam bentuk ceramah yang tersebar di seluruh penjuru Mesir.

Semoga sepak terjang Syekh Abu Ishaq Al-Huwaini dalam mempertahankan kebenaran ditengah-tengah dunia penuh fitnah dapat menjadi contoh bagi umat Islam terutama para Thalibul 'Ilmi yang orientasi mereka adalah untuk menjadi ulama di kemudian hari; pengemban dakwah Islam, pewaris para nabi, yang senantiasa menggiring umat ke dalam kebenaran di bawah royah Tha`ifah Manshurah (kelompok yang menang). Sebagaimana yang diukir oleh Khatib al-Baghdadi di dalam bukunya Syaraf Ashabul Hadits, "Ibnu Mubarak ketika ditanya tentang Tha`ifah Manshurah beliau menjawab, " mereka adalah ahli hadits".

0 comments: